Koordinator Bangsring Underwater, Ikhwan Arief, menyatakan bahwa cairan hitam pekat tersebut kemungkinan besar berasal dari kapal yang tidak bertanggung jawab yang berlabuh di sekitar area Bangsring, Bengkak, dan Alas Bulu. Cairan berbahaya ini terbawa arus laut dan mencemari zona konservasi, termasuk dermaga yang digunakan untuk penurunan terumbu karang.
"Diduga ada kapal yang nakal membuang oli bekas sembarangan, yang mengakibatkan kerusakan pada area konservasi terumbu karang," ungkap Ikhwan pada Rabu (19/2/2025).
Pencemaran ini tidak hanya mengancam ekosistem laut, tetapi juga berdampak negatif pada sektor pariwisata. Banyak pengunjung yang merasa terganggu saat bermain di pantai karena tubuh dan pakaian mereka kotor akibat oli.
Karyono, seorang pemandu snorkeling di Bangsring, menambahkan bahwa oli juga menempel pada jaring penangkaran ikan di rumah apung. Hal ini berpotensi merusak budidaya ikan seperti hiu dan kerapu yang ada di lokasi tersebut.
"Merawat ikan menjadi sulit karena adanya tumpahan oli. Jaring-jaring penangkaran juga perlu dibersihkan, tetapi kami tidak tahu harus bagaimana," keluh Karyono.
Salah satu pengunjung, Cecilia Gunawan, mengaku enggan untuk snorkeling karena aroma air yang menyerupai minyak. Ia khawatir pakaian selamnya akan rusak akibat pencemaran ini.
"Saya tidak mau menyelam, baunya minyak. Takut bajunya jadi kotor dan susah hilang," kata Cecilia.
Pencemaran ini menimbulkan keprihatinan di kalangan masyarakat dan pengelola wisata. Diharapkan pihak berwenang segera mengambil tindakan untuk menangani masalah ini demi menjaga kelestarian lingkungan dan kenyamanan pengunjung.
Posting Komentar