Menurut Direktur Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Septo Soepriyatno, dalam konferensi pers di acara Franchise, License, and Business Concept Expo & Conference (IFRA) di Jakarta Selatan pada Rabu (16/4/2025), selama lima tahun terakhir, masyarakat lebih cenderung berbelanja untuk memenuhi kebutuhan harian daripada melakukan belanja bulanan.
Septo menjelaskan bahwa pergeseran ini telah dibahas dengan beberapa asosiasi, termasuk Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (Appbi), Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Ia menekankan bahwa fungsi pusat perbelanjaan kini telah berubah; mereka tidak hanya berfungsi sebagai tempat berbelanja.
"Pusat perbelanjaan seharusnya menjadi lebih dari sekadar lokasi belanja. Mereka harus bertransformasi menjadi ruang untuk gaya hidup, sosialisasi, dan interaksi sosial, serta memberikan pengalaman yang menarik bagi pengunjung," paparnya.
Septo juga menekankan pentingnya bagi pusat perbelanjaan untuk mencari strategi inovatif dalam menarik pengunjung dan meningkatkan aktivitas bisnis di dalamnya. "Tantangan utama adalah bagaimana menciptakan pusat perbelanjaan yang menarik dan tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk berbelanja," tambahnya.
Sebagai catatan, beberapa ritel besar di Indonesia, seperti Matahari, Giant, dan yang terbaru, Lulu Hypermarket, telah menutup sejumlah gerainya, menunjukkan dampak nyata dari perubahan ini.
Posting Komentar