NATO 'Merapat' ke Jepang di Tengah Krisis Global yang Kian Meruncing

INTERNASIONAL - Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, menggunakan kunjungan dua harinya ke Jepang untuk menekankan pentingnya menjalin hubungan yang kuat dengan negara-negara yang memiliki visi serupa di seluruh dunia. Ini menjadi sangat relevan mengingat meningkatnya ketegangan keamanan dengan Cina, Rusia, dan Korea Utara.

Aliansi yang didominasi oleh Amerika Serikat ini sedang berupaya menemukan arah baru di tengah keraguan terhadap keandalan AS sebagai mitra. Kunjungan resmi Rutte ke Jepang adalah yang pertama sejak ia mengambil alih posisi Jens Stoltenberg pada Oktober 2024.

Kunjungan ke Pangkalan Angkatan Laut

Selama kunjungan tersebut, Rutte mengunjungi pangkalan angkatan laut Yokosuka di selatan Tokyo, di mana ia meninjau kapal fregat Jepang dan perlengkapan penyapu ranjau. Ia menyuarakan keprihatinan atas tindakan Cina yang mendukung upaya perang Rusia di Ukraina serta memperluas kekuatan militernya secara cepat. "Kita tidak boleh naif," ujarnya.

Rutte menegaskan bahwa saat ini, lebih dari sebelumnya, penting bagi negara-negara anggota NATO untuk bekerja sama erat dengan Jepang dan negara-negara lain di luar aliansi.

Ilmuwan politik Ryo Hinata-Yamaguchi dari Universitas Internasional Tokyo menyatakan, "NATO dan Jepang kini ingin memperdalam hubungan setelah bertahun-tahun pemulihan hubungan." Kunjungan ini menunjukkan kedekatan kedua pihak yang semakin meningkat dan perlunya perundingan tingkat tinggi secara berkala.

Para perwakilan NATO dan pejabat Jepang juga kemungkinan akan membahas berbagai ancaman terhadap tatanan internasional, seperti invasi Rusia ke Ukraina, kebijakan ekspansionis Cina, dan ketidakpastian rezim Korea Utara.

Dalam satu dekade terakhir, misi NATO ke Asia Timur Laut mengalami peningkatan signifikan, dengan latihan bersama yang melibatkan kekuatan darat, laut, dan udara dari beberapa negara. Pemerintah Inggris baru-baru ini mengumumkan pengiriman gugus tempur ke kawasan tersebut, dipimpin oleh kapal induk HMS Prince of Wales, yang akan melakukan latihan bersama dengan negara-negara seperti India, Singapura, dan Australia.

Dukungan Jepang untuk Ukraina

Salah satu perkembangan menarik dari kunjungan Rutte adalah permintaan Jepang untuk terlibat dalam komando NATO untuk misi Ukraina. James Brown, profesor hubungan internasional di Universitas Temple Tokyo, menyatakan bahwa Jepang kini mempertimbangkan untuk bergabung dalam misi NATO mendukung Ukraina. Ini adalah komitmen baru yang signifikan dari Jepang.

Meskipun Jepang sebelumnya memberikan bantuan peralatan pertahanan kepada Kyiv, mereka tetap terikat pada kebijakan tidak menyediakan senjata mematikan. Namun, ada kemungkinan personel militer Jepang akan dikirim ke Jerman untuk mendukung misi tersebut.

'NATO Asia' Masih Sebuah Mimpi

Kerja sama antara Jepang dan NATO telah berlangsung lama, namun kini semakin berkembang. Profesor Brown menjelaskan bahwa saat AS menunjukkan ketidakpastian sebagai sekutu, pentingnya kolaborasi ini semakin meningkat. Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, juga menegaskan keinginannya untuk memperdalam kerja sama di bidang industri pertahanan dengan NATO.

Meski Ishiba pernah menyatakan dukungannya untuk pembentukan semacam NATO di kawasan Asia, Brown menilai bahwa hal itu masih jauh dari kenyataan. "Ini masih sebuah mimpi," ujarnya.

Posting Komentar