Rina, pemesan kamar, menjelaskan bahwa ia memesan kamar untuk mahasiswanya yang akan menghadiri kegiatan wisuda. Namun, mereka terpaksa ditahan oleh pihak hotel karena masalah penggabungan ranjang. Rina merasa tindakan tersebut sangat tidak adil, dan ia berpendapat bahwa jika ada larangan, seharusnya pihak hotel memberikan pemberitahuan sebelumnya.
"Ini adalah jebakan bagi konsumen," ungkap Rina. Ia terkejut saat mendengar dari mahasiswanya mengenai denda yang dikenakan, yang totalnya mencapai Rp 1 juta, meskipun uang deposit awal sebesar Rp 600 ribu tidak dikembalikan.
Respons Pihak Hotel
Setelah video tersebut viral, pihak hotel menghubungi Rina untuk meminta agar video dihapus. Namun, Rina menolak permintaan tersebut, karena ia merasa kejadian tersebut perlu diketahui oleh publik. Ia juga menemukan banyak komentar dari orang lain yang mengalami kejadian serupa.
Pihak hotel kemudian memberikan klarifikasi melalui media sosial. Mereka menjelaskan bahwa pada tanggal 29 November 2024, Rina memesan dua kamar melalui OTA (Online Travel Agent) dan telah menyetujui aturan yang ada, termasuk adanya biaya tambahan jika terjadi pelanggaran.
Menurut pihak hotel, penggabungan kasur dianggap sebagai pelanggaran tata tertib, yang dapat merusak aset hotel dan berpotensi membahayakan tamu. Mereka menyatakan bahwa denda Rp 1 juta tidak dikenakan sebagai biaya pembersihan tambahan, karena deposit awal sudah ada.
Setelah viral, manajemen hotel mengaku mengalami kerugian dan menawarkan penyelesaian dengan mengembalikan deposit serta undangan untuk Rina menginap di hotel. Namun, Rina menolak tawaran tersebut.
Kejadian ini menjadi pelajaran bagi para tamu hotel untuk lebih berhati-hati dan memahami aturan yang berlaku. Dalam dunia perhotelan, penting untuk mengetahui dan mematuhi kebijakan yang ada agar tidak terjebak dalam situasi yang merugikan.
Posting Komentar