E-mail ini diterima oleh seorang pegawai Kementerian Kehakiman pada Senin pagi (30/12) sekitar pukul 08.50 waktu setempat. Dalam laporan kepada polisi, pegawai tersebut menyebutkan, "E-mail tersebut mengklaim kecelakaan Jeju Air adalah perbuatan mereka," seperti dikutip dari kantor berita Yonhap.
Ancaman itu mengungkap rencana meledakkan bom berkekuatan tinggi di pusat-pusat kota pada Selasa malam (31/12), yang bertepatan dengan malam Tahun Baru 2025. Pesan tersebut ditulis dalam bahasa Jepang dan Inggris, dikirim oleh seseorang yang mengatasnamakan Takahiro Karasawa, seorang warga Jepang.
Nama Palsu dalam Ancaman
Nama Takahiro Karasawa juga pernah muncul dalam insiden serupa pada Agustus lalu, saat ancaman serangan bom dilayangkan ke fasilitas publik di Korea Selatan. Namun, seorang pengacara bernama asli Takahiro Karasawa membantah keterlibatannya, mengklaim identitasnya telah dicatut oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Dalam unggahan media sosialnya, Karasawa menulis, "Sepertinya nama saya digunakan tanpa izin."
Polisi menduga ancaman ini merupakan ulah individu ekstremis dan mengaitkannya dengan pelaku yang sama dalam insiden ancaman sebelumnya. Unit Investigasi Siber Kepolisian Metropolitan Seoul saat ini tengah memeriksa lebih lanjut e-mail tersebut.
Tragedi Penerbangan Jeju Air
Penerbangan Jeju Air 2216 mengalami kecelakaan tragis saat mendarat di Bandara Muan, Korea Selatan. Pesawat Boeing 737-800 itu tergelincir, menabrak tembok beton landasan pacu, dan meledak. Insiden ini mengakibatkan 179 dari 181 penumpang dan awak pesawat tewas. Dua awak kabin yang selamat masih dirawat intensif.
Penerbangan tersebut berangkat dari Thailand menuju Muan. Menurut penyelidikan awal, pesawat kemungkinan besar mengalami masalah teknis akibat serangan burung (bird strike). Menara pengendali lalu lintas udara (ACT) sempat mengeluarkan peringatan sebelum insiden terjadi.
Kotak hitam pesawat telah ditemukan, dan pihak berwenang sedang menganalisis data untuk memastikan penyebab pasti kecelakaan. Sementara itu, para pengamat penerbangan dan otoritas Korea Selatan menduga kuat bahwa pesawat terpaksa mendarat tanpa roda pendaratan (landing gear).
Keamanan Diperketat
Polisi dan otoritas terkait kini meningkatkan pengamanan di berbagai fasilitas publik dan area padat penduduk menjelang perayaan Tahun Baru. Penyelidikan mendalam terus dilakukan untuk mengidentifikasi pelaku di balik ancaman dan memastikan keselamatan publik tetap terjaga.
Tragedi ini tidak hanya meninggalkan duka mendalam bagi para keluarga korban, tetapi juga menimbulkan ketegangan di tengah ancaman yang beredar. Pemerintah Korea Selatan berjanji akan mengusut tuntas kasus ini untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Posting Komentar