Ketegangan Meningkat: Serangan Rudal Rusia Hantam Kyiv

INTERNASIONAL - Pada Kamis (24/4/2025) dini hari, ibu kota Ukraina, Kyiv, kembali menjadi sasaran serangan rudal oleh Rusia, mengakibatkan sedikitnya dua orang tewas dan puluhan lainnya terluka. Serangan ini terjadi hanya beberapa jam setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengkritik Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, karena menolak untuk menerima pendudukan Rusia atas Krimea sebagai bagian dari kesepakatan damai.

Otoritas militer Kyiv mengonfirmasi serangan tersebut melalui pesan di Telegram, menyatakan, "Kyiv diserang oleh rudal musuh." Sebelumnya, pihak berwenang Ukraina telah mengeluarkan peringatan akan kemungkinan serangan rudal. Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, melaporkan bahwa dua orang tewas dan 54 lainnya terluka, dengan 38 di antaranya, termasuk enam anak-anak, dirawat di rumah sakit.

Situasi di Lapangan

Saksi mata melaporkan bahwa banyak warga berkumpul di tempat perlindungan bom setelah mendengar sirene peringatan. Kejadian ini menambah deretan serangan yang telah terjadi di Kyiv sejak Rusia melancarkan invasi skala penuh pada Februari 2022. Serangan rudal sebelumnya terjadi pada awal April, di mana tiga orang dilaporkan terluka.

Di sisi lain, di kota Kharkiv, wali kota Igor Terekhov melaporkan bahwa tujuh rudal menghantam kota tersebut, dan ada serangan drone besar-besaran yang berlangsung bersamaan dengan serangan rudal di Kyiv.

Kritik Terhadap Zelensky

Beberapa jam sebelum serangan, Trump mengklaim bahwa kesepakatan damai "sangat dekat," tetapi menyalahkan Zelensky karena dianggap sulit diajak berunding. Ia menyatakan bahwa penolakan Zelensky untuk menerima persyaratan AS hanya akan memperpanjang konflik yang telah berlangsung lama ini.

Trump menegaskan, "Saya pikir kita memiliki kesepakatan dengan Rusia. Kita harus mencapai kesepakatan dengan Zelensky." Menurutnya, pendekatan Zelensky yang keras akan mengakibatkan kerugian lebih besar bagi Ukraina. Ia juga menambahkan bahwa Krimea "telah hilang bertahun-tahun lalu" dan bukan lagi topik yang relevan untuk dibahas.

Respons Ukraina

Zelensky menolak tawaran tersebut, menganggapnya sebagai pelanggaran terhadap konstitusi Ukraina. Sikap ini memicu kemarahan Trump, yang menyebut Zelensky sebagai penghasut yang menghambat proses negosiasi perdamaian. Dalam sebuah unggahan di media sosialnya, Trump menyatakan bahwa Zelensky memiliki pilihan untuk mendapatkan perdamaian atau melanjutkan perjuangan selama tiga tahun lagi, yang berpotensi mengakibatkan hilangnya seluruh negara.

Dengan ketegangan yang semakin meningkat, masa depan konflik ini tetap tidak pasti. Serangan terbaru ini menunjukkan bahwa situasi di Ukraina masih sangat rentan, dan upaya untuk mencapai solusi damai tampaknya semakin sulit.

Posting Komentar