Menurut Purnomo, pengembangan sawit merupakan bagian dari strategi ketahanan energi yang memerlukan pengelolaan sumber daya minyak dan gas secara optimal. Ia menekankan bahwa Prabowo telah membentuk Badan Agrinas yang akan mengatur pengembangan kelapa sawit dengan memperhatikan kebutuhan energi dan pangan nasional.
Terkait dengan kekhawatiran deforestasi, Purnomo menilai bahwa pencapaian target emisi nol bersih (net zero emission) tidak hanya bergantung pada keberadaan hutan, tetapi dapat dicapai melalui teknologi seperti Carbon Capture and Storage (CCS). Teknologi ini memungkinkan karbon dioksida ditangkap dan disimpan di bawah tanah, mengurangi emisi secara signifikan.
Purnomo juga menanggapi potensi kritik dari Eropa terkait ekspansi sawit. Menurutnya, kebutuhan energi dan pangan nasional lebih penting dan perlu diutamakan daripada kekhawatiran pihak eksternal.
Sebelumnya, dalam pidatonya pada Musrenbangnas RPJMN 2025-2029, Prabowo menyatakan bahwa banyak negara bersaing untuk mendapatkan pasokan kelapa sawit, yang menjadikan komoditas ini sebagai aset strategis bagi Indonesia. Ia menekankan pentingnya menjaga dan memperluas kebun kelapa sawit sebagai upaya memperkuat posisi Indonesia di pasar global.
Prabowo juga membantah tuduhan deforestasi yang kerap diarahkan pada kelapa sawit. Ia berpendapat bahwa kelapa sawit adalah pohon yang memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida, sehingga tidak seharusnya dikaitkan dengan perusakan lingkungan.
Posting Komentar