Menurut data Reuters, Senin (30/12/2024), dolar AS dibuka pada level Rp 16.230 sebelum mengalami penurunan sebesar 0,43% atau sekitar 69 poin, hingga menyentuh angka Rp 16.137.
Sebelumnya, dolar AS cenderung bertahan di level Rp 16.200 dalam beberapa waktu terakhir. Ariston Tjendra, seorang pengamat pasar uang, memprediksi bahwa rupiah akan tetap berada di atas level Rp 16.100 hingga akhir tahun. Namun, ia juga mengingatkan adanya potensi pelemahan rupiah seiring mendekatnya tahun baru.
“Sentimen penguatan dolar jelang akhir tahun masih cukup kuat, dan belum ada faktor positif yang mampu membalikkan tren ini secara signifikan,” ujar Ariston.
Faktor Internal dan Eksternal
Dari sisi domestik, Ariston menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan skeptisisme pasar terhadap prospek ekonomi Indonesia di tahun mendatang.
"Kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi, seperti penurunan daya beli kelas menengah, kenaikan PPN menjadi 12%, dan isu lainnya, menjadi perhatian utama," jelasnya.
Sementara itu, ekonomi AS masih menunjukkan stabilitas yang cukup kuat. Hal ini mengurangi peluang pemangkasan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve dalam waktu dekat. Di sisi lain, ekspektasi terhadap kebijakan ekonomi mantan Presiden Trump yang sering memicu konflik dagang dan ketegangan geopolitik, turut mendorong dolar AS menjadi pilihan aset aman bagi pelaku pasar global.
Meski saat ini rupiah sedikit menguat, volatilitas pasar di akhir tahun tetap menjadi tantangan. Pergerakan mata uang masih sangat dipengaruhi oleh sentimen global, termasuk keputusan kebijakan moneter AS dan kondisi ekonomi domestik.
“Jika tidak ada perubahan signifikan pada sentimen global dan domestik, rupiah kemungkinan besar akan tetap berfluktuasi di level Rp 16.100 hingga Rp 16.200 jelang penutupan tahun,” tutup Ariston.
Posting Komentar